Rabu, 02 Juni 2010

Dogma Adalah Monster Yang Menakutkan?



Ketika mendengar kata dogma, banyak dahi para teolog dan mahasiswa teologia akan mengkerut. Dogma telah menjadi sesuatu yang menakutkan. Dogma dianggap sebagai biang kerok pertengkaran. Maka tidak mengherankan, banyak teolog dan mahasiswa teologia yang “anti” dogma.

Kembali, kalau kita melihat istilah Dogma, istilah Yunani berarti “opini” atau “dekrit”, dari dogma (tampak benar, suatu pendapat, pikiran); dokeo (seolah-olah tampak). Dengan beberapa pengertian:

1.Suatu ajaran (doktrin, keyakinan, ideologi, pendapat) yang telah diumumkan secara resmi dan otorotatif entah oleh seorang pemimpin atau pun oleh suatu lembaga (gereja).
2.Apa yang harus dipikirkan oleh seseorang yang menerima otoritas itu tentang suatu hal khusus.
3.Dalam bentuk hakikinya, istilah ini digunakan secara filosofis.

Dilihat dari istilah di atas dan beberapa pengertian tersebut, sebenarnya istilah dogma itu luas dan kaya akan makna. Akan tetapi anehnya sangat minim sekali pemikiran yang mau melihat kedalaman makna kata tersebut. Orang cenderung berpikir instan dan relatif. Definisi dogma yang telah dibuat puluhan tahun silam, sekan-akan statis adanya.

Sebagai bagian dari disiplin ilmu teologi, kadangkala dogmatika kurang diberi perhatian oleh para teolog dan mahasiswa tertentu. Alasan mereka cukup sederhana; dogmatika atau dogmatik dapat berarti tidak kritis, bersifat apodiktik, konkulsif dan sebagainya. Ekstrimnya dikatakan : “Dogma membuat orang bertengkar”! Maka dari pada itu, apabila pemahaman terhadap dogma sudah sedemikian rupa, dogma akan menjadi batu sandungan bagi disiplin ilmu teologi lainnya.

Bila kita kaji lebih jauh lagi, seharusnya dogma itu bukanlah sesuatu yang menakutkan dan untuk dimusuhi. Dogma itu berkembang (bersifat dinamis), ia berkembang bersama-sama dengan disiplin ilmu teologi yang lain. Sebab memang sudah sepatutnya, bila biblika, historika, dan sebagainya itu berkembang, dogma juga berkembang. Akan tetapi seringkali kepincangan itu terasa sekali, bahkan dibuat-buat, seolah-oleh hanya salah satu di antaranya yang paling tepat, hebat dan logis, bahkan ilmiah. Tapi tunggu dulu!!

Coba dipikirkan baik-baik dan dalam-dalam! Berapa banyak penemuan-penemuan baru (secara khusus tulisan-tulisan ilmiah ) dalam bidang biblika, historika dan yang lainya, yang tersalurkan secara langsung ke dalam kehidupan gereja atau jemaat awam? Bukankah kalau kita mau jujur, penemuan-penemuan itu hanya sebatas “teori” saja! Ekstrimnya bisa dikatakan bahwa “hanya permainan kata belaka”! Dan celakanya lagi, hanya sampai di universitas-universitas teologi tetentu saja! Ada apa di balik semua itu? Orang Percaya berkata : “Hanya Tuhanlah Yang Tahu”!

Hemat saya, dogma itu tidak akan pernah membuat orang bertengkar, apabila penemuan-penemuan biblika, historika dan sebagainya itu tidak dipendam hanya di dalam “Tulisan-tulisan ilmiah” saja yang akhirnya menjadi pajangan sesaat, tetapi harus direalisasikan secara konkrit dalam kehidupan gereja. Bagaimana mungkin dogma dapat “dijadikan saudara” apabila ia tidak diisi dan dibaharui terus-menerus dengan penemuan-penemuan baru itu!

Definisi tentang dogma, harus juga bersifat dinamis. Sebab apabila orang hanya puas dengan definisi-definisi tentang dogma yang telah dibakukan itu, maka dogma itu menjadi sempit, kecil, kerdil dan menakutkan!

Tidak bermaksud membela dogma, tetapi mencoba melihat dogma itu dari sisi yang berbeda!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar