Senin, 18 Mei 2009

YESAYA 52:1-12 DISELAMATKAN UNTUK MENYELAMATKAN

Edi P. Labang

Yesaya 52:1-12 adalah termasuk dalam pembagian yang kedua dari kitab Yesaya, yaitu Deutero-Yesaya. Deutero-Yesaya hidup pada masa pembuangan di Babylon, kira-kira tahun 540 seb. Kr. Masa pembuangan di Babylon (tahun 597-538 seb. Kr.) adalah periode yang penting sekali bagi Yehuda, baik di bidang kemasyarakatan maupun keagamaan. Kira-kira 20 persen dari penduduk Yehuda diangkut tertawan ke Babylon. Pada masa itu muncul nubuat nabi Deutero-Yesaya, yang terdapat dalam fasal 40-55 kitab Yesaya[1]. Nabi tersebut tidak diketahui namanya, sehingga secara tehnis disebut saja dengan sebutan Nabi Deutero-Yesaya, yang artinya kurang lebih: Nabi Yesaya kedua.
Deutero Yesaya menubuatkan bahwa masa pembuangan telah berakhir dan Tuhan akan menciptakan permulaan yang baru dalam sejarah Israel. Permulaan baru yang dimaksudkan oleh Deutero Yesaya ialah kembalinya umat Allah dari Babel. Deutero Yesaya menggambarkan peristiwa penyelamatan itu sebagai keluaran baru (band. 51: 9-10; 52: 11-12)[2].

Konteks Teks (Yes. 52:1-12)
Dalam masa pembuangan di Babylon itu Deutero-Yesaya dipanggil untuk menghibur bangsa Israel dan untuk memberitakan bahwa Yahwe akan menyelamatkan umat-Nya. Allah adalah yang Maha Kuasa, khalik langit dan bumi, dan Allah seluruh bumi. Bagi Deutero-Yesaya, Allah adalah satu-satunya Allah dan Pencipta langit dan bumi. Kedua konsepsi ini mau menekankan bahwa Yahwe memanglah Allah yang berkuasa untuk melepaskan bangsanya dari pembuangan itu. Di dalam menyampaikan beritanya, Nabi Deotero-Yesaya banyak memakai bahasa gambaran. Gambaran yang dipakai untuk menceritakan harapan nabi tentang bebasnya orang Israel dari kuasa Babel, di mana pembebasan yang diharapkan itu diceritakan dengan bahasa gambaran yang sama dengan cerita keluaran (exodus) dari Mesir (ayat 3-4). Lihat Yes. 41:17-20; 43:19-20; 49:10-11. Itulah sebabnya pembebasan dari kuasa Babel yang dinubuatkan oleh Deotero Yesaya itu disebut exodus kedua. Dengan bahasa gambaran itu Nabi Deotero-Yesaya hendak menyampaikan berita kepada umat Israel yang tertawan, bahwa Tuhan tetap berkarya meskipun bangsa Israel ada di pembuangan. Tuhan sajalah yang dapat dan harus dipercaya. Israel tidak boleh percaya kepada para dewa Babel. Sebagimana dahulu Tuhan telah menolong Israel, demikian juga pada zaman pembuangan itu Tuhan akan menolong Israel[3].

Diterjemahkan:
52:1 Bangunlah, bangunlah! (LAI=Terjagalah), Kenakanlah kekuatan (LAI=Kekuatanmu) seperti pakaian, hai Sion! Kenakanlah pakaian kehormatanmu, hai Yerusalem, kota yang kudus! Sebab tidak seorang pun yang tak bersunat atau yang najis akan masuk lagi ke dalammu.
52:2a Kebaskanlah debu dari padamu, bangunlah, hai Yerusalem yang tertawan! Tanggalkanlah ikatan-ikatan dari lehermu, hai puteri Sion yang tertawan!
Tafsiran (1-2): Bait ini rasanya tidak lengkap; isi ayat 2 secara logis baik dibaca sesudah pembukaan ayat 1, dan isi ayat 2 itu erat hubungannya dengan ayat 11-12. Karena Yerusalem dibebaskan dari hukuman, ia dapat berjaga, bangun (bnd. 51:17), ia dapat mengebaskan debu yang mengotorinya selagi harus tunduk (51:23) dan bekerja rodi, ia dapat menaggalkan ikatan lehernya kepada leher orang lain dengan tali yang tebal (sebagaimana kelihatan di ukiran di Babel). Orang yang diberi kemerdekaan oleh TUHAN dapat mengenakan pakaian orang kuat, orang terhormat, harus kelihatan bahwa Yerusalem tidak merupakan budak bagi Babel. Di dalam pakaian kehormatan, Sion memperlihatkan dirinya sebagai kota yang kudus, kota pilihan TUHAN yang disucikan bagi-Nya. Akibatnya ialah bahwa orang-orang yang tak bersunat, orang-orang Babel (bnd. 49:17), tetapi juga musuh-musuh lain, seperti orang Asyur dan Filistin yang juga tak bersunat, tidak akan masuk lagi untuk merusakannya. Demikian pun orang-orang najis, mereka yang tidak menyucikan diri bagi TUHAN (ayat 11), mereka yang tidak mau mengerti kehendak-Nya (orang-orang pandir dari 35:8), orang-orang berdosa (bnd. 6:4 najis bibir), tidak dapat memasuki kota di mana TUHAN tinggal (ayat 8) sebagai Raja (ayat 7).

52:3 Sebab beginilah firman TUHAN: Kamu dijual tanpa pembayaran, maka kamu akan ditebus tanpa pembayaran juga.
52:4 Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Dahulu umat-Ku berangkat ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, lalu Asyur memeras dia tanpa alasan.
52:5 Tetapi sekarang, apakah lagi urusan-Ku di sini? demikianlah firman TUHAN. Umat-Ku sudah dirampas begitu saja. Mereka yang berkuasa atas dia memegahkan diri, demikianlah firman TUHAN, dan nama-Ku terus dihujat sepanjang hari.


LAI Menerjemahkan: sebab itu umat-Ku akan mengenal nama-Ku dan pada waktu itu mereka akan mengerti bahwa Akulah Dia yang berbicara, ya Aku!
Lebih tepat menerjemahkan: UmatKu akan mengenal namaKu dan pada waktu itu mereka akan mengerti bahwa Aku yang berkata: ini Aku!.
Tafsiran (3-6): Lukisan Yerusalem sebagai budak tawanan yang dibebaskan TUHAN adalah berdekatan dengan gambaran bahwa Israel terjual pada suatu waktu, meskipun tanpa bayaran (bnd. Maz. 44:16 tanpa untung; Yes. 50:16 bukan karena utang, 50:1 penjualan sebenarnya tidak sah, bukan untuk selamanya), lalu ditebus juga tanpa bayaran (bnd. 45:13). Bayangan ini mungkin berasal dari Yesaya II; istilah tanpa bayaran/alasan diaktuilkan kemudian dengan renungan yang berikut: keadaan yang berlaku – di Babel dan sewaktu direnungkan berulang-ulang sama saja seperti keadaan umat Israel di Mesir dan sewaktu pemerintahan Asyur: Israel yang semestinya diperlakukan menurut hak yang lazim bagi penumpangan asing yang datang menetap atas kemauan sendiri dijadikan budak tanpa alasan; Asyur juga sebenarnya tidak mempunyai alasan untuk memeras/menindas Israel (lepas dari kesaksian para nabi: Asyur menjalankan hukuman yang diputuskan TUHAN, bnd. Yes. 10:6-11). Demikian pula sekarang di Babel dan pada saat renungan ini dikemukakan – umat TUHAN dirampas, sehingga TUHAN bertanya: (secara harafiah)” Sekarang ada apa bagiKu di sini?” Yang dimegah-megahkan ialah nama orang-orang yang berkuasa, yang dinista terus-menerus ialah nama TUHAN. Alhasil renungan sejarah ini ialah: sebab pada waktu itu- harafiah pada hari itu dengan istilah khas dari nubuat-nubuat tentang hari kiamat yang tidak pernah dipakai Yesaya II untuk hari pelepasan – umat akan mengenal nama, yaitu kepribadian, TUHAN, atau dengan kata lain, mengerti bahwa Akulah Dia yang berbicara: ini Aku.
Rumusan pemerkenalan diri ini semestinya membuka suatu janji ilahi dan kiranya diartikan di sini: Inilah Aku yang menebus kamu. Penyelamatan Israel sepanjang sejarah dan pengenapannya pada hari kiamat manjadi hiburan bagi umat yang masih tertindas.


LAI Menerjemahkan: Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: "Allahmu itu Raja!"
Lebih baik diterjemahkan: Betapa permai di atas gunung, kaki/langkah orang yang membawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: "Allahmu itu Raja!"
52:8 Dengarlah suara orang-orang yang mengawal engkau: mereka bersama-sama bersorak-sorai. Sebab dengan mata kepala sendiri mereka melihat bagaimana TUHAN kembali ke Sion.
52:9 Bergembiralah, bersorak-sorailah bersama-sama, hai reruntuhan Yerusalem! Sebab TUHAN telah menghibur umat-Nya, telah menebus Yerusalem.
52:10 TUHAN telah menunjukkan tangan-Nya yang kudus di depan mata semua bangsa; maka segala ujung bumi melihat keselamatan yang dari Allah kita.
Tafsiran (7-10): Dengan bait ini kita sampai pada inti gubahan 51:9-52:12; pokok mukadimah – khusus 40:1-5 dan 10-12 – dibawakan dari sudut yang baru: yang tadinya dilihat dari seorang buangan, kini dilukiskan dari pihak Yerusalem sendiri.
Kerajaan Allah akan dinyatakan di Sion, inilah Injil yang diberitakan di sini (bnd. 40:9 “Lihat, itu Allahmu! Lihat, itu TUHAN Allah, Ia datang”). Perhatian beralih dari pembawa kabar yang sedang berlari kepada orang-oranng yang berdiri di perbatasan kota (semestinya di tembok-tembok sudah runtuh) untuk berjaga: ,mereka bersorak-sorai kerena apa yang diberitahukan oleh pemberita itu dilihatnya dengan mata kepala sendiri (harafiah: dari mata ke mata, seperti dari muka ke muka – Bil 14:14): TUHAN kembali ke Sion. TUHAN berbalik (ibr. Syub) seperti dulu kala; Ia kembali kepada puluhan ribu orang Israel (Bil. 10:36, firman tabut yang ditempatkan di dalam cerita keluaran pertama) untuk menyelamatkan mereka (bnd juga Zak. 8:3; Ul. 30:2-3, 8-10). Reruntuhan Yerusalem (ayat 9), batu-batu, tembok-tembok, sisa-sisa kota yang tadinya indah, yang menyambut kedatangan TUHAN dan menyaksikan: TUHAN telah menghibur umat-Nya (bnd. 40:1; 49:13; 51:3,19), telah menebus Yerusalem (baik kota, maupun umat yang berpusat dalam kota ini). Semua ini bukan suatu peristiwa yang kena-mengena dengan hubungan antara TUHAN dan Israel saja, sebaliknya Israel berdiri di sini sebagai pelopor manusia seluruhnya yang hendak menerima keselamatan yang dari Allah kita. Penyelamatan Israel hendak menjadi jalan keselamatan bagi semua bangsa, sebagaimana juga berkat Abraham hendak mengalir kepada segala bangsa di muka bumi (Kej. 12:3).

52:11 Menjauhlah, menjauhlah! Keluarlah dari sana! Janganlah engkau kena kepada yang najis! Keluarlah dari tengah-tengahnya, sucikanlah dirimu, hai orang-orang yang mengangkat perkakas rumah TUHAN!
52:12 Sungguh, kamu tidak akan buru-buru keluar dan tidak akan lari-lari berjalan, sebab TUHAN akan berjalan di depanmu, dan Allah Israel akan menjadi penutup barisanmu.
Tafsiran (11-12): Kepada kaum buangan diberi perintah yang padat-singkat yang terus-menerus menimbulkan ingatan kepada keluaran dari Mesir. Seperti dahulukala Israel mau keluar untuk beribadah kepada TUHAN (Kel. 3:12, 18; 5:1) mereka kini mau menyiapkan diri untuk suatu kebaktian baru. Perintah pokok diulang: menjauhlah, keluarlah (bnd. 40:1; 51:9, 17; 52:1). Dengan keberangkatan itu mulailah ibadah: orang-orang berjalan sambil mengankat perkakas rumah TUHAN. Untuk turut dalam kebaktian ini, orang-orang tidak boleh kena kepada yang najis (bnd. ayat 1 di atas) dan harus menyucikan diri – mereka harus memisahkan diri dari unsur-unsur agama dan budaya kafir yang mempengaruhi mereka untuk menjadi umat TUHAN secara lahiriah dan batiniah. TUHAN akan memimpin dan menyertai mereka menuju kota damai sejahtera. Berbakti dan bersyukur kepada Raja dan Penyelamat itulah tujuan syair ini: orang-orang yang pulang berjalan di tengah alam yang bersukaria dan menjadi pelopor seantero manusia.

Kesimpulan Teologis
1. Untuk Umat Saat itu
Yesaya 52:1-12 memberitahukan, bagimana Tuhan mendirikan kerajaan-Nya di Yerusalem dengan melepaskan umat-Nya yang terbuang: dalam peristiwa itu keselamatan yang dari Allah kita sampai ke ujung bumi. Bagi Deutero-Yesaya, Allah adalah satu-satunya Allah dan pencipta langit dan bumi. Kedua konsepsi ini mau menekankan bahwa Yahwe memanglah Allah yang berkuasa untuk melepaskan bangsanya dari pembuangan itu. Deutero-Yesaya Mengenal Yahwe sebagai Sang Kudus Israel, walaupun dia bersifat universalistis. Allah mau menyelamatkan bangsa-Nya dari pembungan di Babylon, tetapi juga Dia mau memakai bangsa itu sebagai terang bagi bansa-bangsa lain. Dengan kata lain keselamatan dari Allah itu bukan hanya untuk bangsa Israel saja, tetapi untuk semua bangsa di seluruh dunia.

2. Untuk Umat Masa Kini
Dari Yesaya 52:1-12, kita dapat mengambil makna teologis bagi kita saat ini, yakni:
Kita dingatkan bahwa Allah adalah satu-satunya Allah dan pencipta langit dan bumi. Pernyataan ini perlu kita ingat, karena pengenalan kita akan Allah akan menentukan bagaimana kita hidup di dunia ini.
Allah adalah Allah yang peduli akan setiap penderitaan umat-Nya. Ia berkuasa untuk melepaskan umat-Nya dari segala penderitaan yang mungkin hampir saja membuat umat-Nya hilang pengharapan bahkan mungkin sampai “memepertanyakan akan keberadaan Tuhan” di tengah-tengah penderitaan tersebut, atau bahkan berbalik kepada allah-allah lain.
Keselamatan yang telah Allah anugerahkan kepada kita, bukan untuk kita nikmati sendiri saja, tetapi Tuhan mau agar kita membagikan berita keselamatan itu kepada semua orang. Sehingga hidup kita menjadi terang dan berkat bagi orang lain.
Dari pribadi Nabi Deutero-Yesaya, kita dapat belajar bahwa sebagai hamba-hamba Tuhan, kita harus dapat memberikan pengharapan bagi jemaat atau orang lain (non Kristen) yang dalam masa-masa kritis dalam hidupnya.


Kesimpulan
Deotero-Yesaya sangat menitik-beratkan ketinggian dan kebesaran Allahnya: Yahwe tidak memerintah atas seluruh semesta alam saja, tetapi juga atas seluruh bangsa. Nabi ini ingin menghibur bangsa Israel yang telah berada dalam pembuangan dan dia memberitakan bahwa jaman keselamatan sedang datang. Maka dari pada itu, kebesaran Allah yang telah diperlihatkan tersebut serta karya keselamatan yang telah diberikan-Nya, hendaknya menjadi suatu penghiburan bagi kita yang masih hidup di dunia ini, serta terus bersaksi tentang karya keselamatan Allah tersebut kepada semua orang dengan kita menjadi terang dan berkat bagi orang lain.


[1] . Dr. J. Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta 2001, hal. 112-115.
[2] . Barnabas Ludji, Diktat Kuliah HPL 3, STT Cipanas 2009.
[3]. Prof. S. Wismoady Wahono Ph.D, DI SINI KUTEMUKAN, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta2004, Hal. 253-255.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar